Puisi Iyut Fitra: Percintaan Hulu dan Muara
Percintaan Hulu dan Muara
Jangan pernah kau ragukan.
Ini bukan sajak terakhirku,
kekasih Sebagaimana hulu.
Ia selalu menyimpan rindu pada muara sebuah pertemuan yang tak pernah.
Hanya tumpukan dari gelisah lalu desir air.
Potongan-potongan ranting yang tersangkut
“sampaikan salam pada muara. Aku hulu yang berkabung rindu!”
Demikianlah senantiasa ia nyanyikan di senja-senja lembab juga taring waktu yang runcing kisah apa yang tak kuceritakan kepadamu.
Meski parasmu samar dan aku hanya melukismu di tebing-tebing batu kubayangkan seekor belibis putih membasuh paruhnya di tepi sungai ikan-ikan menggoda.
Hari begitu saja menjadi penjadi petang
“Bukan. Aku hanya akar tua yang lapuk direndam musim!”
Sesungguhnya suara yang tak ingin kudengar.
Kau akan berlari di antara ilalang dan batang-batang sajak ini akan terus kukirim untukmu,
Kekasih meski ceritanya selalu saja tentang perih.