Sajak Seorang Sahabat


ADAKAH
seekor induk burung yang rela melepaskan panjinya?. Bahkan, sang induk hanya memiliki seekor panji itu, yang disayangi, yang dia cintai.

Lantas bagaimana caranya panji itu dapat membahagiakan induknya. Jika bukan dengan keluar dari sarangnya dan mengepakkan sayapnya jauh ke alam jagat raya, hanya untuk kembali, hanya untuk yang panji puji.

Bisakah panji itu membahagiakan induknya hanya dengan mengeramkan tubuhnya disangkar. Hanya bolak-balik di dahan yang ia tempatkan.

Perjuanganmu sama denganku sahabat. Hanya bagaimana kau dapat mengepakkan cita-cita keatas langit yang tak pernah tersiratkan oleh aras atau bergelantung diatas bintang yang pernah tersuratkan diatas dahan.

Tulis saja perjuanganmu yang kelu itu hingga menjadi coretan biru. Hingga kemudian kau dapat merangkul apa yang kau tuju.

Berproses tak segampang kita axis. Atau hanya menyamtumkan lukisan di atas batu nisan, hanya untuk terlihat terkesan atau terhindar dari gelutan bosan.

Kau dan aku, yang aku anggap sahabat, mari tebas akar-akar yang menghambat untuk melancarkan perjelanan kita yang sempat tersendat. (*)

Jawa timur, 16 September 2018

*Faruq Bytheway, Mahasiswa di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Sedang mengabdi di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).