Remaja Masjid
BEBERAPA waktu lalu, Remaja Masjid (Remas) Baitur Rohmah di Dusun Bungkandang, Desa Ketawang Laok, Kecamatan Guluk-guluk, Sumenep, Madura, telah secara resmi dibentuk. Ditengah hingar-bingar kehidupan modern, sangat jarang menemukan kesamaan visi untuk meramaikan dan menyatukan pandangan, apalagi kemudian berbicara perkumpulan di masjid, sangat asing kita jumpai di kalangan remaja.
Tentu hal tersebut menjadi langkah positif kedepan dalam menjaga regenerasi pemuda untuk mencintai dan ikut meramaikan berbagai kegiatan masjid. Sebab, dengan demikian, masjid akan menjadi ramai dan hidup dengan berbagai kegiatan, selain sebagai sarana tempat ibadah yang merupakan fungsi utama masjid.
Selama ini, terutama di pedesaan, masjid hanya berfungsi sebagai tempat manusia melakukan ibadah. Hampir jarang ditemui kegiatan-kegiatan selain digunakan sebagai sarana ibadah. Meskipun ada, mungkin hanya peringatan hari besar Islam (PHBI) yang tidak semua peringatan itu dikonversi menjadi sebuah acara yang diadakan di Masjid.
Umumnya, PHBI di masjid-masjid pedesaan hanya digunakan saat ada peringatan Isro’ Mi’roj, Maulid Nabi Muhammad SAW, dan beberapa peringatan lain yang tidak terlalu massif dan padat. Dengan adanya Remas, tentu kegiatan-kegiatan masjid tidak hanya sebatas peringatan PHBI saja. Melainkan kegiatan-kegiatan lainnya juga tentu diharapkan banyak dilakukan. Misalkan, kegiatan belajar, ngaji kitab, dan kegiatan keremajaan yang positif lainnya.
Selain itu, Remaja masjid juga akan banyak belajar tentang berbagai cara bersosialisasi dengan masyarakat dengan norma-norma yang ada. Misalkan adab ramah-tamah dan lain sebagainya. Dan masih banyak kegiatan lainnya yang tentu diharapkan dapat tertanam pada diri remaja yang tergabung dalam perkumpulan itu dengan banyak kegiatan positif lainnya.
Inovasi Remaja Masa Depan
Dengan berbagai tantangan di era digital hari ini, adanya Remaja Masjid menjadi sebuah harapan baru untuk membangun generasi yang berkeadaban di masa mendatang. Tentu bukan tidak mungkin untuk merajut kembali era kejayaan Islam beberapa dekade lalu yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan mencapai peradaban tinggi.
Pada era kejayaannya, Islam pernah mendominasi berbagai tingkat disiplin ilmu, dari astronomi, kedokteran, pertanian, dan lain sebagainya. Hanya saja, sejak terjadi konflik kepentingan dengan diterpa perang yang berkepanjangan, Islam secara lambat laun mulai runtuh dan tak berdaya. Seiring dengan kejadian itu pula, krisis pemikiran mulai tampak dalam dunia Islam.
Untuk kembali mencapai puncak peradaban, barangkali memang harus dimulai dari hal-hal kecil seperti Remaja Masjid. Sebab, hal-hal besar akan diperoleh ketika ada keinginan dan komitmen sedari awal. Puncak peradaban Islam tidak diperoleh langsung begitu saja, ada pengorbanan, ada komitmen tinggi untuk mencapai itu semua. Dengan demikian, usaha yang disertai oleh kekuatan dan motivasi tinggi akan membawa pada perubahan yang lebih baik dan berguna.
Sebelum berada pada puncak kejayaan Islam misalkan, dibangun di berbagai tempat ibadah maupun selain itu perpustakaan. Tidak hanya membangun itu, orang-orang Islam mengimbanginya dengan melakukan penerjemahan karya-karya klasik era sebelum masehi ke dalam Bahasa Arab yang dilakukan secara besar-besaran. Oleh sebab itulah, wawasan masyarakat muslim pada waktu itu menjadi lebih terbuka dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Bahkan, banyak muslim yang berhasil menciptakan dan menemukan berbagai disiplin ilmu baru. Seperti yang telah dikupas di atas misalnya, kedokteran, ilmu perbintangan, dan lain sebagainya. Mustahil umat muslim dapat mencapai itu semua, apabila tidak diawali dengan hal-hal kecil yang kemudian menginspirasi mereka melakukan terobosan baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Namun, itu semua tergantung diri kita. Apakah kita mau melakukan perubahan kepada hal-hal yang lebih positif atau tidak sama sekali. Sebab, kita, para remaja inilah yang akan mewarisi generasi mendatang. Semoga! (*)
*Ahmad Fairozi, Pendiri sekaligus Ketua Rumah Baca Indonesia (Rumah Baca ID).