Menunggu Kejelasan Ilmiah Transplantasi Kepala ala dr. Sergio Canavero
SALAH satu kabar yang menggemparkan dunia dan penuh kontroversial sejak bulan September lalu khususnya di dunia medis dan kedokteran, adalah ia, dr. Sergio Canavero, seorang ilmuwan Italia dan ahli operasi syaraf yang menyatakan bahwa ia akan melakukan transplantasi kepala setelah melakukan beberapa percobaan pendahuluan. Proyeknya ini ia namakan HEAVEN (Head Anastomis Venture). Jika yang selama ini kita ketahui adalah transplantasi organ tubuh seperti halnya hati, jantung, ginjal, mata dan otak, maka yang satu ini adalah kepala manusia yang nantinya akan dipindahkan dari tubuh satu ke tubuh yang lain.
Suatu hal yang tidak mungkin terjadi memang, namun dr. Canavero mengklaim bahwa dia akan berhasil melakukan operasi tersebut. Sebelumnya dr. Canavero telah melakukan transplantasi kepala pada hewan berupa tikus dan anjing serta ia juga pernah melakukan transplantasi kepala jenazah untuk pertama kalinya. Bersama dr. Xiaoping Ren, dokter dari Universitas Kedokteran Harbin, dr. Canavero akan melakukan transplantasi kepala tersebut di bulan Desember 2017 setelah menemukan pasien pertamanya.
Valery Spiridonove, seorang ilmuwan komputer Rusia sebelumnya telah menghendaki dirinya untuk menjadi pasien pertama transplantasi kepala. Spiridonove menderita penyakit Spinal Muscular Athropy (Wedning-Hoffman) yang menyebabkan dirinya kesulitan dalam bergerak, bernapas dan menelan. Rencana operasi yang akan dilaksanakan akhir 2017 tersebut ternyata gagal karena Spiridonove yang mengundurkan diri disebabkan terdapat keraguan dan beberapa faktor lainnya.
Tidak ingin gagal, akhirnya dr. Canavero menemukan pasien baru di China yang tidak ingin disebutkan namanya. Ia menyatakan bahwa akan melaksanakan operasi tersebut di awal 2018 di China karena rencana awal yang akan diadakan di Amerika Serikat tidak disetujui oleh pemerintah. Namun, hingga saat ini, belum ada kabar yang pasti tentang tindak lanjut klaim dr. Canavero tersebut.
Terdapat beberapa hal yang menjadikan transplantasi kepala tidak kunjung terlaksana. Pertama, adanya kontorversial dari para pakar ahli bedah di dunia. Dr. Canavero pun mendapatkan banyak kritikan bahwa operasi yang akan dilakukannya adalah tidak masuk akal. Bagaimana bisa saraf tulang belakang dapat terhubung kembali setelah diputus. Jerry Silver, seorang professor ahli saraf di Case Western Reserve, Ohio University menyatakan bahwa resipien akan tetap bisa hidup dengan kepalanya dipasang ke respirator namun dengan rasa sakit yang luar biasa sehingga ini menimbulkan kekhawatiran etis mengenai legalitas prosedur tersebut.
Kedua, belum adanya laporan ilmiah atau jurnal yang memuaskan dari dr. Canavero. Seorang ahli bedah saraf dan konsultan dari Oxford University, Jamez Fitzgerald menyatakan bahwa hasil transplantasi hewan yang pernah dilakukan dr. Canavero tidak memuaskan sehingga tidak dapat dipercaya.
Ketiga, pemerintah China belum memberikan perizinan terhadap operasi transplantasi kepala karena menunggu jurnal ilmiah yang berhasil didemokan di komunitas ilmiah internasional. Sedangkan dr. Canavero belum melewati tahapan tersebut.
Dalam sains terapan, suatu objek uji memang dimulai dari organisme dengan spesies lebih kecil. Tikus – monyet –hingga manusia. Pada tahap yang dilakukan dr. Canavero ini memang ia sudah melakukannya terhadap hewan sebagai uji coba. Namun, karena yang dihasilkan dari tahapan tersebut belum memuaskan para khalayak umum dengan data atau hasil ilmiah yang dapat dipercaya, dr. Canavero belum bisa melakukan operasi transplantasi kepala tersebut terhadap pasien manusia yang hidup.
Presiden Italian Society of Neurosurgery, Alberto Delitala menyatakan bahwa jika dr. Canavero telah berhasil dalam menyambungkan saraf tulang belakang kenapa ia tidak mengaplikasikannya pada mereka yang sebelumnya mengalami cidera saraf tulang belakang sebelum melakukan operasi transplantasi kepala. Jika tahap tersebut berhasil, mungkin bisa dijadikan laporan ilmiah sebagai bukti bahwa ia benar-benar bisa menyembuhkan saraf tulang belakang tersebut untuk kemudian dijadikan rujukan dalam tahap yang lebih ekstrem, yaitu transplantasi kepala.
Soeorang dr. Canavero ini memang penuh dengan tentangan. Meskipun mendapatkan banyak kritikan dari berbagai ilmuwan dan pakar medis, ia tetap ingin membuktikan bahwa apa yang telah dia rancang sejak 2015 lalu ini akan berhasil dan menjadi penemuan atau inovasi penyelamatan terbaru khususnya bagi mereka yang mengalami penyakit seperti diidap Spiridonove atau lumpuh dan cacat.
Sebuah penemuan baru apalagi berhubungan dengan aplikasi manusia seperti ini, sudah biasa melalui tahap masa-masa suram, seperti kritikan dan komentar pro kontra. Kejelasan ilmiah memang sangat dibutuhkan untuk menjelaskan hal terkait sehingga jika hal itu gagal dapat dijelaskan secara ilmiah pula dan tidak menimbulkan penyudutan kesalahan fatal yang dapat diakibatkan oleh satu pihak.
Lalu kita tidak akan tahu kapan dr. Canavero tersebut benar-benar akan melakukan operasi transplantasi kepala tersebut hingga didapatkan data ilmiah dan mendapatkan persetujuan dari pihak China maupun Eropa. (*)
*Robi’atul Andawiyah asal Sumenep, penyuka scientific article-fiction.
Note: Artikel ini diolah dari berbagai sumber.