Sampah


SAMPAH
merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. (Baca: Sampah)

Banyak jenis sampah yang dihasilakan mulai dari kehidupan rumah tangga, alam maupun oleh industri. Beberapa diantaranya diklasifikasikan menjadi beberapa bagian. Misalkan, sampah padat, sampah cair, sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, sampah radioaktif dan lain-lainnya.

Beberapa pekan terakhir, dunia dibuat kelimpungan dengan aturan baru Tiongkok yang menyetop impor sampah dari negara-negara di dunia. Diketahui, Tiongkok ternyata menjadi negara pengimpor sampah terbesar di dunia. Menurut data industri pada 2016, Tiongkok telah mengimpor separuh sampah kertas, besi, dan plastik dari seluruh dunia. Negara-negara Eropa-lah yang paling banyak mengirimkan sampahnya. Irlandia misalnya, sebanyak 95 persen sampah yang mereka hasilkan diekspor ke Tiongkok. Inggris mengirimkan 2,7 juta ton atau dua pertiga. Sedangkan Amerika Serikat (AS) mencapai 14,6 juta ton. (Sumber: jppn.com).

Tiongkok telah berkirim surat kepada Badan Perdagangan Dunia (WTO) bahwa mereka tidak akan mengimpor sampah lagi. Dengan alasan melindungi lingkungan dan meningkatkan taraf kesehatan penduduknya, kebijakan itu efektif berlaku sejak 1 Januari tahun ini. Setidaknya, ada 24 jenis sampah padat yang dilarang masuk Tiongkok, termasuk diantaranya adalah plastik dan kertas.

Masih menurut sumber di atas, akibat kebijakan itu, Uni Eropa khususnya yang terkena dampak langsung kebijakan Tiongkok akan memberlakukan pajak penggunaan plastik. Entah itu sebagai kantong belanjaan maupun pengemasan. Alasannya bukan hanya karena Tiongkok tak lagi mengimpor sampah dari benua biru tersebut, tapi juga untuk menjaga kebersihan laut dari pencemaran sampah. Sampah plastik yang dibuang ke laut kerap menjadi penyebab kematian ikan, penyu, dan hewan laut lainnya. Sudah tidak terhitung berapa hewan laut yang tercekik sampah plastik, tegas keterangan tersebut menyatakan.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Hasil riset Jenna R Jambeck dan kawan-kawan (publikasi di www.sciencemag.org 12 Februari 2015) yang diunduh dari laman www.iswa.org pada 20 Januari 2016 dan dimuat Kompas pada 27 Januari 2016 dengan judul “Indonesia Darurat Sampah”, menyebutkan Indonesia berada di posisi kedua penyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.

Sebelumnya, pada 23 Januari 2016 Kompas mewartakan jika menurut Riset Greeneration, organisasi nonpemerintah yang telah 10 tahun mengikuti isu sampah, satu orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 700 kantong plastik per tahun. Di alam, kantong plastik yang tak terurai menjadi ancaman kehidupan dan ekosistem. Itu artinya, sampah tampaknya menjadi ancaman serius Bangsa Indonesia di masa mendatang.

Jika dipikir, memang isu sampah menjadi sangat komleks, mengingat sampah plastik yang paling banyak dihasilakan merupakan jenis sampah yang cukup sulit terurai. Butuh sekitar 20 tahun kantong plastik baru di dalam tanah untuk dapat mulai terurai. Jika kantong plastik itu berada di air, akan jauh lebih sulit lagi terurai. Yang hal itu memunculkan masalah serius terhadap pencemaran lingkungan dan ekosistem laut ketika sampah plastik itu mencemari laut.

Tidak ada hal lain untuk mengurangi resiko pencemaran selain memulai dengan kesadaran diri. Setiap berbelanja misalkan membawa kantong plastik sendiri atau menggunakan tas sebagai wadah membawa hasil berbelanja. Hal itu dimungkinkan untuk menekan penggunaan plastik yang akan menjadi sampah ketika sudah tidak diinginkan.

Selain itu, jenis sampah plastik lainnya, seperti bekas popok dan sejenisnya juga untuk tidak dibuang sembarangan. Sungai kerap kali menjadi alternatif paling favorit dibuat untuk membuang sampah plastik jenis ini. Selain mengotori lingkungan dan sungai, sampah plastik jenis ini juga memungkinkan suatu saat akan sampai ke laut, sebab akhir aliran sungai itu memang menuju ke laut.

Mulailah dengan menimbun ke dalam tanah yang disediakan khusus untuk jenis-jenis sampah plastik. Jangan lalu dibuang sembarangan yang justru hal itu akan memunculkan masalah baru di masa mendatang. Agar supaya Indonesia tidak menjadi negara yang kelimpungan ketika sampah menjadi masalah penanganan paling besar yang disebabkan oleh pola pakai masyarakatnya sendiri seperti yang terjadi pada negara-negara benua eropa hari ini. Semoga! (*)

*Ahmad Fairozi, Pendiri Rumah Baca Indonesia (Rumah Baca ID).