Hari Pahlawan


DI INDONESIA
, ada perayaan Hari Pahlawan yang diperingati pada tanggal 10 November setiap tahunnya. Sejak ditetapkan pada tanggal 31 Oktober 1946 oleh Presiden Sukarno dan diumumkan pada tanggal 1 November 1946, setiap tahunnya rakyat Indonesia memperingati 10 November sebagai Hari Pahlawan.

Pada hari tersebut, berbagai elemen masyarakat mengenang jasa pahlawan atau para pejuang kemerdekaan yang gugur dalam pertempuran menolak penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Berbagai cara pun dilakukan. Ada yang memperingatinya dengan renungan bersama, aksi damai, pawai obor, seminar, talk show, dan lain-lainnya, termasuk juga dengan berbagi ide renungan dengan tulisan. Sebagai bagian dari bangsa yang merdeka, barangkkali tidak berlebihan jika kita bersyukur dengan melakukan berbagai cara menghormati jasa para pahlawan tadi.

Karena para pahlawan kemerdekaan dahulu melakukan perjuangan secara fisik untuk mengusir penjajah, generasi bangsa sudah tentu juga harus melakukan perjuangan meneruskan cita-cita para pahlawan terdahulu sebagai penghormatan terhadap jasa-jasanya.

Tidak harus dengan melakukan perang. Sebab hari ini Indonesia sedang dalam keadaan merdeka dan tak perlu perang yang harus dilakukan secara fisik. Lantas dengan apa kita berjuang? Pertanyaan sederhana yang kadangkala sulit untuk kita jawab.

Sederhana saja. Kita hidup pada zaman dimana berbagai fasilitas sudah nyaman. Pada zaman yang kita sebut sebagai zaman modern ini, atas nama kemajuan, kecepatan mendapatkan informasi didesain supaya bagus. Atas nama kesejahteraan, pembangunan infrastruktur dilakukan secara besar-besaran. Atas nama keadilan, pelayanan kemasyarakatan dibuat serba responsif. Itukah yang kita sebut semangat kepahlawanan?

Bagi penulis, pahlawan zaman sekarang itu sebutan bagi mereka yang berjuang melawan kebodohan. Pahlawan zaman sekarang itu sebutan bagi mereka yang berjuang demi keadilan. Pahlawan zaman sekarang itu sebutan bagi mereka yang berjuang untuk tegaknya kemerdekaan.

Mengapa harus berjuang melawan kebodohan, demi keadilan dan tegaknya kemerdekaan? Alasannya cukup sederhana, karena esensi dari semangat pahlawan terdahulu, ingin membebaskan rakyat Indonesia dari kebodohan, ketidakadilan, dan penjajahan.

Mereka, para pejuang kemerdekaan terdahulu berpikir jika rakyat terbebas dari kebodohan, ketidakadilan dan penjajahan yang menghegemoni rakyat Indonesia waktu itu, meyakini akan menumbuhkan ketentraman, kesejahteraan, dan keadilan yang akan dirasakan oleh segenap bangsa Indonesia.

Setelah 10 November 1945 terjadi pertempuran di Surabaya, secara eksplisit merupakan ihwal perlawanan ketidakadilan, dan penjajahan yang dirasakan rakyat dari para penjajah kolonialisme yang kejam. Puncak amarah rakyat itulah yang terjadi pada 10 November 1945.

Indonesia yang telah lebih dulu menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, merasa trauma dengan berbagai ancaman militer yang terjadi, termasuk kembalinya tantara inggris di Surabaya. Sehingga, rakyat menilai itu adalah bagian dari trik menguasai kembali tanah Indonesia oleh penjajah meski pada waktu itu, perang dunia ke-II telah dinyatakan usai.

Trauma yang dirasakan oleh rakyat terjajah sudah tentu sangat berat, mulai dari penderitaan, kekacauan, keamanan, kesejahteraan, kebodohan, dan lain sebagainya. Rakyat berpikir jika mereka tak mau kembali pada masa itu, sehingga perlu melakukan perlawanan, perjuangan dan bahkan perang fisik.

Surabaya menjadi pusat perlawanan rakyat Indonesia terhadap tentara Inggris yang dikomando langsung oleh Bung Tomo. Pembakar semangat rakyat demi menjaga kemerdekaan pun tak lepas dari fatwa resolusi jihad KH Hasyim Asy’ari yang mewajibkan rakyat Indonesia dalam radius 94 kilometer dari Surabaya untuk berjihad mempertahankan kemerdekaan.

Sebagai generasi bangsa yang hidup pasca Indonesia merdeka, kita harus selalu waspada pada setiap bentuk penjajahan baru yang akan berakibat pada kesengsaraan. Sebab itu sejalan dengan keinginan para pejuang kemerdekaan terdahulu, yakni membebaskan diri dari kebodohan, ketidakadilan, dan penjajahan.

Banyak cara yang bisa dilakukan generasi bangsa hari ini untuk melanjutkan cita-cita pejuang kemerdekaan, yakni dengan mengimplikasikan diri berjuang melawan kebodohan, berjuang demi keadilan, dan berjuang untuk tegaknya kemerdekaan.

Bisa kita awali dengan memajukan diri sendiri dan lingkungan dimana kita berada dengan melakukan perubahan pemikiran untuk lebih terdidik dan cerdas melihat keadaan. Menumbuhkan semangat kejujuran dan saling menghormati dalam diri dan lingkungan sekitar kita untuk menciptakan rasa keadilan. Dan tentu ikut andil dalam berbagai momen kebangsaan dengan merawat kebhinnekaan dan persatuan untuk keberlangsungan tatanan Indonesia yang merdeka. Sebab Itulah esensi pahlawan.

Selamat Hari Pahlawan 10 November. (*)

Oleh: Ahmad Fairozi, pendiri Rumah Baca ID.