Said Aqil Sebut Kelompok Anti Pancasila Bukan Orang Indonesia
Kendari, Rumah Baca Orid
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menyatakan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak perlu diragukan. Karena itu, menurutnya, apabila ada kelompok tertentu yang berkeinginan merongrong mengubah ideologi Pancasila, mereka bukanlah orang Indonesia.
Pernyataan tersebut diungkapkan KH Said Aqil Siradj saat memberi sambutan acara Takbir Akbar Kebangsaan yang digelar di Masjid Agung Al-Kautzar Kendari yang juga dihadiri oleh Pelaksanan Tugas (Plt) Gubernur Sulawesi Tenggara HM Saleh Lasata dan pejabat TNI/Polri, dan sekitar 2.000 umat Islam, Kamis 12 Oktober 2017.
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel di Surabaya, Jawa Timur itu juga menegaskan agar Warga Negara Indonesia menolak keberadaan kelompok-kelompok tertentu yang anti terhadap Pancasila. Bahkan, bila perlu mengusir mereka dari Indonesia.
Said Aqil menilai, akhir-akhir ini ada saja kelompok tertentu yang mengatasnamakan agama Islam. Padahal Indonesia bukan negara Islam, hanya saja banyak orang Indonesia yang beragama Islam.
“Jadi itu harus kita pahami bersama bahwa Indonesia bukan negara Islam, bukan negara Protestan, Katholik, Budha maupun Hindu. Tetapi, kita hidup di bumi Indonesia ini dalam keberagaman agama, etnis dan budaya yang berbeda, namun tujuan kita satu untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia,” ujarnya sebagaimana dikutip dari Antara.
Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia harus bisa menjaga kekayaan alam yang telah diberikan oleh Allah SWT yang belum tentu dimiliki negara lain dari tangan-tangan yang ingin memecah-belah persatuan dan kesatuan.
Menurutnya, Islam tidak mengajarkan bagaimana cara merakit bom, terlebih lagi membentuk kelompok radikal dan teroris, namun yang diajarkan Islam adalah kasih sayang, saling menghormati dan menghargai satu dengan lainnya.
“Apakah kita ingin seperti beberapa negara di Timur Tengah yang kini terpecah, saling memusuhi, perang antar-saudara yang akibatnya berdampak pada kesengsaraan rakyatnya karena setiap saat terjadi perang,” ujarnya.
Lanjutnya, para ulama di Timur Tengah belum mempunyai jiwa nasionalisme dalam rangka mempertahankan kedaulatan bangsa untuk kepentingan bersama.
Para ulama memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi diiringi dengan kesadaran bahwa bangsa Indonesia telah ditakdirkan menjadi bangsa yang majemuk sehingga kita wajib menghormati kebhinnekaan dan menghargai perbedaan, tutupnya. (tirto.id)