Nusantara, Lima Tahun Adalah Usia Emas


Oleh: Juhari EL. Sarruny*

Mei adalah bulan tumbuhnya sebuah gagasan dan pertimbangan luar biasa, keyakinan bahwa mewujudkan cita-cita luhur dan amal sholeh merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kader-kader luar biasa pada masa itu, yang akhirnya terbentuklah sebuah tempat berkiprah, berdzikir, dan beramal, untuk terwujudnya pengamalan sebuah ilmu, yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Nusantara, yaitu pada tahun 2012 pada hari ke 13 dibulan tersebut. Hingga perjalanan sampai saat ini lima tahun pada tahun 2017.

Lima tahun adalah usia Emas jika dilihat dari fisik pertumbuhan umur seseorang, sebutlah anak kecil. Lima tahun periode yang sangat menentukan dari sebuah kepribadian, karakter, kecerdasan hingga ke-imut-an dari sebuah isi dan tampilan.

Usia emas merupakan usia yang diidolakan dan dibaggakan hingga mencapai harga keemasan yang luar biasa. Usia ini juga banyak ciuman dari berbagai sanak keluarga apalagi sesorang ayah dan ibu.

Mereka selalu menggendongnya dan ada sebuah pelukan hangat dari mereka, panggilan dari jarak jauh meskipun seorang ayah dan ibu lepas dari mencari nafkah, mencari hidangan dipagi hari, menyempatkan suapan kasih agar kelak nanti menjadi seorang luar biasa yang selalu menjunjung kebaikan dan terus berada pada amal yang sholeh pada kehidupannya.

Kenapa usia emas ini sangat menentukan masa kedepannya, karena lima tahun pertumbuhan yang cepat, bila semasa ini tidak belajar melakukan kebaikan, masa yang akan datang apa yang akan dilakukan? Begitulah kira-kira usia ini harusnya banyak memunculkan ide sebuah kelakuan yang mengejutkan meskipun usia cenderung meniru dari karakter seorang tua.

Ada beberapa hal jika usia emas ini dikatakan berhasil untuk menuju pasca keemasan yaitu; Kematangan Fisik, Latihan dan Rangsangan (Refleksi).

Kematangan Fisik

Arti fisik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah jasmani, badan. Ia harus terlatih baik, meskipun mentalnya lelah, tetapi semangat tetap membara. Kematangan fisik inilah yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan karena kesemangatan akan menutupi mental yang lelah, akan tetap menjadi terdepan tanpa diskriminasi dari belakang.

Cobaan fisik akan selalu menjadi alasan sebuah pertumbuhan yang lemah, pikiran utama disini yang menjadi pengawalan dalam pertumbuhan, tapi apakah organ-organ (tubuh) akan terus menggerus sebuah pikiran yang seharusnya perlu dibarengi dengan sehatnya tubuh. Matinya pikiran adalah karena matinya tubuh tidak berkontradisksi dengan otak, semua itu perlu dibarengi kesehatan dewasa yaitu peniruan dari kebisingan sekitar seperti bahasa dan tingkah.

Kematangan disinilah berarti siap, sanggup dan tanggap segalanya. Bukan Cuma siap tapi tidak tanggap maka perlu kesanggupan yang dibawa menjadi kematangan fisik.

Baca Juga: Lima Tahun Nusantara Berkhidmat

Hanya saja jika tidak bisa satu kali tumbuh belajar di usia ini bukan lagi tidak mengulangi kesanggupannya hingga lahir dan batin. Mencoba bukan satu kali mencoba itu bekali-kali, dan mencoba buka satu sampel saja tapi ada beberapa sampel yang bervariabel.

Jadi janganlah jadi kader mood-mood-an (mood, suasana hati), atau bad mood, berlatihlah menembus karang, yang suatu saat nanti akan menjadi lunak.

Latihan

Dalam pertumbuhan usia ini perlu selalu berlatih, oh iya, sepertinya sudah disebutkan diatas, berlatihlah hingga mencapai kematangan otot dan pertumbuhan. Latihlah badan yang mulai membesar otot yang sudah mulai keras dengan menembus ombak dilautan sana, memecah karang-karang yang berlumut. Menentukan keterampilan dengan sedikit bakat yang ada. Mencoba menumbuhkan minat yang baru, kreativitas yang  baru.

Rangsangan (refleksi)

Kembali pada objek di pragraf pertama yaitu usia lima tahun dari lahirnya PMII Rayon Nusantara hingga sekarang, apakah benar diusia emas banyak kecantikan, ketampanan hingga banyak ciuman manis dari keluarga kita? Lalu dimana letak usia emas itu?

Perlu refleksi diri, perlu kita pegang dada bersama bukan pegang kepala bersama bahwa nusantara dengan usia ini sebenarnya sudah tinggal berjalan bahkan sudah punya inovasi baru dari berjalannya seusia ini.

Merangsang diri berarti selalu mengkonsumsi segala vitamin untuk meningkatkan pertumbuhannya, artinya banyak cara bervitamin dalam pertumbuhan Nusantara seperti halnya anggota yang ada didalamnya yaitu konsumsilah membaca dan konsumsilah pembaca biar tidak menjadi sekedar gagasan yang katanya ke katanya, qola qooil, latihlah dengan olah diskusi berfikir mengkaji sehingga kematangan fisik, nalar fikiran seorang kader terbentuk.

Penulis masih ingat ketika ustadz Tamimullah dalam mengisi ceramahnya di harlah Rayon Nusantara yang ke-IV, bahwa PMII Rayon Nusantara harus lebih berkiprah pada masyarakat, bukan hanya membentuk kader yang berkuantitas tapi tidak berkualitas, dan harus mengajarkan keilmuannya bagaimana berpikir dan menjalankan ta’abudiyah selain melakukan kajian-kajian fakultatif.

Bukanlah kepentingan adanya Nusantara, tapi penting adanya Nusantara. Adanya bingkai bukan diisi dengan sekedar bermain, cerita sana sini tidak berinovatif. Melakukan agenda bukan sekedar agenda, tapi ada hasil yang menguntungkan, apakah mau melakukan sesuatu tanpa hasil, saya rasa tidak. Rencanakan dengan baik biar tidak Talk less do more percuma, jadi apa yang direncanakan dan apa yang dilakukan semua terbaik hasilnya.

*Penulis adalah salah satu Pengurus Rayon Nusantara di tahun 2014-2016, ia masih menyelesaikan studi akhir di Program Study Teknik Kimia Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang, mohon doanya temen-temen dan sahabat-sahabati untuk dapat segera menyelesaikannya.