Muhammad Amin Jatiningrat


Oleh: Nay Juireng Dyah Jatiningrat*

Lelakiku, penunggu angka-angka dan huruf  kehuruf  yang melabuh kelam; waktu  itu,
Adalah tubuhmu yang berkelok di setiap tikungan.
Putaran menit pada tiap kali berjalannya waktu di jam dinding samping rumahmu;
Adalah aku yang menunggu, merekah air mata, manua rindu-rindu,
Hingga jagat adalah tubuhmu cahaya mataku.

Kita seringkali bercakap soal masa depan,
Soal kehamilan dan kelahiran,
Pula soal nama-nama yang aku hafal kepanjangannya.

Baca Juga: Apa Kabar Indonesia?

Sebelum hujan yang menjadikannya malam,
Aku tak kunjung berjumpa jenuh; menyemaimu serupa bulan
Mampukah aku menerka, tentu dirimu belum juga mengerti
Perihal tanda-tanda

Janji-janji
Soal-kejawaban
Hingga abuku ungumu.
Hingga mawarku maumu
Hingga rinduku diadaku sebab adamu.

Baca Juga: Siapa Itu? “Tentu Dia Adalah Lelaki Yang Gagal Terekam”

Dan hal-hal adalah pelantara

*Lahir di KaduaraTimur, Sekarang Melanjutkan Studi di Unitri Malang. Mengabdi Pada Komunitas Teater Kopi Malang dan di PMII Komisariat Country Unitri Malang. Puisinya Pernah di Abadikan di Antologi Alif (2012), Sastra Kalimalang (2015), Lautmu Lautku (2015). Antologi Bersama Komunitas Kampoeng Jerami “AkarRumput” (2016). Antologi penyair perempuan madura (perempuan laut 2016).