Penelitian: Buku Lebih Mencerdaskan Anak Ketimbang Gadget


Jakarta, Rumah Baca Orid

Orang tua pada era digital sekarang ini banyak yang lebih memilih memberikan gadget dibandingkan memperkenalkan buku kepada anaknya. Harapannya, anak dapat bertambah cerdas karena dapat belajar berbagai hal dari gadget.

Namun, ternyata cara itu dinilai kurang tepat. Dijelaskan oleh Dr Shane Bergin, seorang fisikawan dari University College Dublun, bahwa anak sebaiknya tidak diperkenalkan menggunakan gadget terlalu dini. Justru sebaiknya anak ditanamkan kebiasaan membaca buku. Orang tua bisa memulainya dengan membacakan buku cerita bergambar kepada anak.

Mengapa? Dr Shane memaparkan alasannya, “Bagi anak-anak, membaca buku memiliki efek lebih baik dibandingkan bermain gadget. Orang tua salah menilai bahwa gadget mampu mencerdaskan anak melalui aplikasi pendidikan.”

Penjelasan Dr Shane tersebut diperkuat sebuah penelitian yang dikutip Telegraph, bahwa pembaca berusia muda (anak-anak) ketika menikmati buku konvensional dengan cerita dan ilustrasi sederhana, akan dapat lebih mudah mengembangkan imajinasinya.

Mereka juga bisa berbagi cerita dengan orang tuanya, kemudian mengajukan pertanyaan yang membantu mereka mencari tahu lebih banyak tentang dunia. Mereka juga dilatih untuk fokus dan bisa menambah berbagai kosakata baru melalui buku.

Sebaliknya, bila anak lebih banyak mengakses gadget, maka mereka akan kurang maksimal dalam mengembangkan daya imajinasi. Anak akan terbentuk menjadi individu yang kurang bersosialiasi. Selain itu, bermain gadget membuat anak tidak fokus karena bisa saja teralihkan dengan kegiatan lainnya seperti bermain game dan menonton video.

Sarah Eagle, peneliti dari Bristol Graduate School of Education mengatakan, jika orang tua membacakan buku bergambar kepada anaknya, maka dia telah melakukan lebih dari sekadar membaca teks. Para orang tua ini sekaligus menjalin interaksi dan kedekatan dengan anaknya.

“Mereka (orang tua) akan memberi nama, pujian, dorongan dan memperluas pengetahuan, serta mengembangkan imajinasi anak. Selain itu orang tua juga dapat memberikan jawaban ketika si anak menanyakan sesuatu mengenai isi buku yang sedang dibacanya,” jelas Sarah.

Diharapkan setelah membacakan buku, anak-anak akan mengajukan pertanyaan kepada orang tuanya. Bila komunikasi dua arah ini terjalin, artinya anak telah merasakan bahwa membaca buku merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dapat mengeksplorasi banyak hal.

“Mereka juga akan mengkorelasikan antara teks dalam buku bacaan dengan kehidupan berlatarkan pengetahuan. Saat membaca buku bersama, orang tua akan mengetahui seberapa besar anaknya dapat mengeksplorasi dan menghubungkan kehidupan dengan buku yang dibacanya,” ucap Sarah. (Metrotvnews/Va)