Bersih Itu Bukan Hanya Sebuah Event
Penulis: Obik Andawiya*
Hari ke-21 di bulan Februari merupakan Hari Peduli Sampah Nasional. Istilah Nasional sebagai tanda penekanan yang bersifat menyeluruh untuk bangsa Indonesia. Hari Peduli Sampah Nasional atau HPSN, dicanangkan oleh Kementrian Negara Lingkungan Hidup pada 21 Februari 2006 untuk pertama kalinya. Hal ini muncul atas desakan dan ide sejumlah pihak untuk mengenang peristiwa memprihatinkan pada tanggal tersebut tentang sampah yang merenggut lebih dari 100 jiwa, di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat.
Curah hujan yang tinggi dan ledakan gas metana yang berada di tumpukan sampah, mengakibatkan 157 jiwa meninggal dan dua kampung (Cilimus dan Pojok) hilang dari peta karena tergulung longsoran sampah dari Tempat Pembuangan Akhir Leuwigajah (bulelengkab.go.id). Peristiwa inilah yang menjadikan aksi peduli sampah ditetapkan oleh pemerintah. Tujuannya bukan hanya untuk mengenang, tapi lebih kepada aksi untuk meningkatkan kepedulian kita akan sampah untuk masa depan selanjutnya.
HPSN pada tahun 2017 ini, juga diselenggarakan oleh Ngalam Community (sebuah kumpulan komunitas di daerah Malang) yang dilakukan dengan petik sampah bersama mulai dari Brawijaya Edupark. Kloter pertama di sepanjang jalan menuju Jalan Ijen dan kloter kedua di sepanjang Jalan melewati Balai Kota. Bersama teman-teman dari komunitas yang berbeda, saya mewakili KOMA Malang bergabung di kloter kedua.
Sepanjang sisi jalan, sampah-sampah kami punguti. Ada yang memakai penjuit dan tangan. Kotor sih, iya. Tapi kan memang harus kotor terlebih dahulu untuk membersihkan. Area yang kami lewati sebenarnya cukup bersih. Hanya sekedar beberapa daun-daun kecil yang gugur, sampah-sampah yang terselip di sela-sela selokan atau lubang-lubang kecil. Saya pikir terlihat bersih ya karena memang sudah disapu oleh petugas kebersihan.
Seharusnya pemilihan lokasi petik sampah ini dilakukan di tempat yang memang banyak sampah dan tak ada petugas kebersihan. Setahu saya, di daerah Gadang. Tapi memang terlihat terlalu jauh untuk waktu yang hanya 1 jam-an. Atau tak apa di daerah pinggir jalan raya tapi kita melakukannya dengan menyapu. Jadi akan terlihat lebih bersih dan sampah-sampah kecil yang tak terlihatpun InsyaAllah tak ada lagi.
Setelah mengitari balai kota, kami berkumpul terlebih dahulu untuk mengambil gambar bersama. Anehnya, saya sempat kaget. Di sana sudah menunggu beberapa tetua, perempuan dan laki-laki (mungkin tim sukses juga dari acara ini) yang mencegat saya untuk meminjam kresek berisi sampah yang saya bawa. Setelah itu, dia menyuruh temannya memfotonya. Mungkin dia akan mengunggah fotonya itu dengan caption “Mari Peduli Lingkungan”, batin saya. Saya dengan senang hati saja, sampah saya laku dipinjam yang lain untuk berfoto.
Jika begini, saya sadar. Aksi petik sampah seperti ini bukan hanya dilakukan oleh selain petugas kebersihan ketika ada sebuah event. Dengan sekali aksi, serasa sudah rajin membuang sampah pada tempatnya setiap hari. Karena sayapun terkadang selalu usil dan lupa membuang sampah yang saya produksi lalu meninggalkannya di tempat-tempat yang saya singgahi.
Petugas kebersihan memang setiap pagi sudah memulai aksinya. Ketika kita sudah mandi, berdandan dan siap-siap melakukan aktivitas, mereka masih bergumul dengan sampah, memasukkan ke dalam tong lalu menuangnya dalam truk-truk. Di udara pagi kita menghirup udara segar, sementara mereka menghirup bebauan. Dalam hal ini, saya mengakui. Mereka sungguh hebat. (*)
*Obik Andawiya Lahir pada tanggal 15 April 1995. Asal Guluk-guluk Sumenep Madura. Pernah menyantri di PP. Annuqayah dekat rumahnya sekaligus alumnus MTs 1 dan MA 1 Annuqayah Putri. Kini sedang mendalami ilmu kimia di Fakultas Sains & Teknologi UIN Maliki Malang. Bisa ditemui di www.andawiyachemista.blogspot.co.id email: obik.andawiya@yahoo.com